Kebebasan yang Berinkarnasi: Telaah Kritis atas Filsafat Kehendak Paul Ricoeur
DOI:
https://doi.org/10.54154/dekonstruksi.v11i03.329Keywords:
kehendak, Paul Ricoeur, fenomenologi, hermeneutika, kebebasan, eksistensialisme, intensionalitasAbstract
Artikel ini membahas secara mendalam struktur filsafat kehendak Paul Ricoeur sebagaimana dikembangkan dalam tiga tahap konseptual: eidetik kehendak, empirik kehendak, dan puitika kehendak.[1] Dengan pendekatan fenomenologis-hermeneutik, Ricoeur menafsirkan kehendak manusia dalam dialektika antara yang berkehendak (voluntary) dan yang tidak berkehendak (involuntary), serta mengusulkan model kebebasan manusia sebagai kebebasan yang berinkarnasi —yakni kebebasan yang konkret, terbatas, tetapi tetap otonom dalam ruang historis dan tubuh biologis.[2] Artikel ini juga membandingkan pendekatan Ricoeur dengan beberapa pemikir utama lainnya seperti Edmund Husserl[3], Maurice Merleau-Ponty[4], dan Jean-Paul Sartre untuk menyoroti kontribusi orisinal Ricoeur dalam membangun sebuah filsafat subjek yang non-dualistis dan dialogis.[5] Pendekatan ini membuka jalan bagi pemahaman interdisipliner antara filsafat, psikologi, dan hermeneutika dalam menjelaskan dinamika kehendak manusia.[6]
[1] Ricoeur, Paul (1950). Freedom and Nature: The Voluntary and the Involuntary. Paris: Aubier.
[2] Ricoeur, Paul (1960). Fallible Man. New York: Fordham University Press.
[3] Husserl, Edmund (1931). Ideas: General Introduction to Pure Phenomenology. trans. W. R. Boyce Gibson. London: Macmillan (original work published 1913).
[4] Merleau-Ponty, Maurice (1962). Phenomenology of Perception. trans. Colin Smith. London: Routledge & Kegan Paul (original work published 1945).
[5] Sartre, Jean-Paul (1956). Being and Nothingness: An Essay in Phenomenological Ontology. trans. Hazel E. Barnes. New York: Philosophical Library (original work published 1943).
[6] Ricoeur, Paul (1976). Interpretation Theory: Discourse and the Surplus of Meaning. trans. David Ihde. Fort Worth: Texas Christian University Press.